Movie Review: Cintapuccino

Cintapuccino (2007)
Film teen-flick drama ini emang ga pernah bosen buat ditonton. Yap….untuk keberapa kalinya gue nonton film ini. Dan baru kali ini mau share apa isi filmnya.

Ceritanya berkisah tentang Rahmi (Sissy Priscillia) yang akan segera menikah dengan Raka (Aditya Herpavi). Ditemani keluarga yang selalu sayang padanya dan sepupunya, Alin (Nadia Saphira) yang sudah dianggap sebagai sahabatnya sendiri. Seluruh keharmonisan ini mulai dibuat bingung dengan hadirnya Nimo (Miller), cinta monyet Rahmi waktu SMA ke kehidupan sempurna Rahmi. Memori-memori SMA dahulu mulai terkenang kembali. Mulai dari ikut ekskul keamanan, hingga sempat diajak pulang bareng.

Rasa cinta Rahmi yang begitu besar terhadap Raka ternyata sulit tertepis oleh hadirnya sosok Nimo. Rahmi yang sejak dulu mengidolakan Nimo, tidak pernah berhenti berjuang untuk tahu apa perasaan Nimo kepadanya. Selama lima tahun lebih, Rahmi dihantui rasa penasaran akan apa yang cinta monyetnya itu rasakan. Mungkinkah hanya cinta bertepuk sebelah tangan? Atau cinta yang akan dibalas seutuhnya?

Kebingungan ini terus berlanjut sampai Nimo menyatakan cinta kepada Rahmi –bahwa ia sudah memendam rasa suka itu dari mulai pertama bertemu Rahmi. Merasa kaget, Rahmi yang semula tidak akan pernah percaya bahwa Nimo juga memendam rasa yang sama terhadapnya, akhirnya marah. Setelah mendapat nasihat dari Alin untuk bilang kalau Rahmi sebentar lagi akan menikah, Rahmi pun menjadi semakin bingung.

Raka, sang tunangan, yang sudah mempersiapkan pernikahannya nanti, mulai merasa curiga akan hubungan antara Rahmi dan Nimo. Sudah sembilan puluh persen gedung sudah di-book, catering dan berbagai macam hal lainnya dipersiapkan, tapi justru keadaan Rahmi yang terlihat stres membuat semuanya terasa sia-sia. Akhirnya, Raka memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Nimo –bercerita banyak tentang hubungannya dulu dengan Rahmi– dan bagaimana penyelesaiannya.

Jujur. Satu kata yang tepat buat ngegambarin film ini. Maksud gue jujur disini, gue lebih suka akting Sissy Priscillia yang gak terlalu dibuat-buat atau anything sounding cliche kaya yang aktris-aktris lakukan. Satu hal yang gue salut: She truly knows what role she’s portraying, and she falls in love with it. Semua pemain terlihat begitu jujur dalam memainkan perannya masing-masing. Mengingat sang sutradara, Rudi Soedjarwo, yang juga sudah pernah bekerja bersama dengan beberapa pemain di film ini, tidak heran semua pemain terlihat berakting natural.

Aditya Herpavi, dengan sempurna memerankan Raka, sang tunangan yang begitu open menghadapi kemelut cerita masa lalu Rahmi, dan begitu sabar untuk menyelesaikan masalah Nimo dan Rahmi. Tidak kalah Miller, aktor break-through asal negeri Jiran ini cukup apik dalam memerankan cowok idaman cewek-cewek remaja. Aktor-aktor lain seperti Nadia Saphira dan Nani Widjaya juga tidak kalah menarik untuk diikuti ceritanya.

Naskah yang ditulis oleh Jujur Prananto (Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta) membuat cerita film yang diangkat dari Novel berjudul sama karya Icha Rahmanti ini begitu ringan. Cerita yang ringan dan kualitas akting para aktor yang begitu jujur membuat film ini sangat menarik untuk ditonton semua umur.

“Satu hal yang gue salut dari film ini –dan yang mungkin gak dimilikin sama film lain– adalah film ini bisa bikin penontonnya senyum-senyum sendiri. Kalo film yang bikin ketawa lepas atau nangis tersedu-sedu itu udah biasa, tapi ini bisa bikin senyum-senyum sendiri. Itu hebatnya!” – Rudi Soedjarwo, Sutradara.

Alunan lagu-lagu dari D’cinnamons, band akustik Indonesia, yang turut mengisi soundtrack film ini, juga semakin membuat film ini hangat. Film ini tidak terlalu romantis, tapi tidak terlalu klise, pun tidak terlalu jayus. Selama kurang lebih dua jam penonton disuguhkan cerita Rahmi dan lika-liku cerita cintanya. Dan selesai menonton dengan berbagai pendapat dan tangis bahagia.

Selamat menonton!
Have your own cappuccino while watching if it’s necessary 🙂